Selasa, 11 April 2017

HEBOHH..!!! Amerika Khawatir Jika Prabowo jadi Presiden, KENAPA..???



Amerika Khawatir Jika Prabowo jadi
Presiden, Amerika Khawatir Jika Prabowo jadi
Presiden, bisa bisa Indonesia balik
menjajah !!
Jakarta (voa-islam.com) Media ini
melalui rubrik opini, beberapa waktu
yang lalu, berdasarkan informasi yang
sifatnya 'inside', sudah
mengungkapkan, bahwa Amerika
Serikat, Inggris, Australia, Selandia
Baru, dan Singapura, tidak akan
mendukung Prabowo Subianto.
Sekarang, media New York Times,
tanggal 26 Maret 2014, memberitakan,
bahwa Amerika Serikat tidak
memberikan dukungan kepada
Prabowo Subianto.Prabowo dianggap
mengancam kepentingan Amerika
Serikat di Indonesia.
Di mana Amerika Serikat memiliki
banyak perusahaan besar, seperti
Free Port, yang merupakan
perusahaan tambang emas, terbesar
di dunia. Indonesia hanya
mendapatkan 1 persen dari Free Port,
yang dimiliki oleh perusahaan
Yahudi-Mc.Moran, serta komisarisnya
mantan Menlu Amerika Henry
Kissinger.
Nampaknya, pemberitaan soal sikap
Amerika Serikat tidak merestui
Prabowo sebagai capres membuktikan
campur tangan pihak Amerika Serikat,
sangat kuat terhadap hasil Pilpres
2014.
Sikap Prabowo yang keras dan terus
menggelorakan nasionalisme itu,
menjadi alasan Amerika Serikat tidak
merestui Prabowo sebagai capres. Ini
jelas bertentangan dengan
kepentingan Amerika Serikat di
Indonesia.
Mungkin Amerika Serikat takut kepada
Prabowo yang karakternya tidak
berkompromi itu, dan Prabowo akan
berubah seperti Hugo Chavez, yang
menggelorakan anti Amerika Serikat
di Amerika Latin, dan kemudian
melakukan nasionalisasi terhadap
seluruh perusahaan minyak di negara
itu.
Sebelumnya, harian New York
Timesmemberitakan soal penolakan
Amerika Serikat (AS) terhadap
Prabowo Subianto apabila menjadi
presiden. Amerika Serikat sangat
keberatan apabila Prabowo nantinya
menjadi orang nomor satu di
Indonesia.
Amerika Serikat, nampaknya akan
memilih Jokowi, yang dianggap lebih
lunak, dan dapat diatur, seperti
tergambar dari pemberitaan di media
Amerika terhadap Jokowi.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri
Inggris, William Hague, melakukan
kunjungan ke Balai Kota DKI, dan
bertemu dengan Jokowi, dan
menyatakan dukungannya kepada
capres PDIP itu.
Sungguh sangat naif, bila Amerika
Serikat menolak Prabowo dan
mendukung Jokowi. Ini akan menjadi
preseden sejarah, PDIP dan Jokowi
yang mengaku membela rakyat dan
'wong cilik' ternyata dibelakangnya
kepentingan Barat, yang memang
ingin menjajah Indonesia. (afgh/dbs/
voa-islam.com).bisa bisa Indonesia balik
menjajah !!
Jakarta (voa-islam.com) Media ini
melalui rubrik opini, beberapa waktu
yang lalu, berdasarkan informasi yang
sifatnya 'inside', sudah
mengungkapkan, bahwa Amerika
Serikat, Inggris, Australia, Selandia
Baru, dan Singapura, tidak akan
mendukung Prabowo Subianto.
Sekarang, media New York Times,
tanggal 26 Maret 2014, memberitakan,
bahwa Amerika Serikat tidak
memberikan dukungan kepada
Prabowo Subianto.Prabowo dianggap
mengancam kepentingan Amerika
Serikat di Indonesia.
Di mana Amerika Serikat memiliki
banyak perusahaan besar, seperti
Free Port, yang merupakan
perusahaan tambang emas, terbesar
di dunia. Indonesia hanya
mendapatkan 1 persen dari Free Port,
yang dimiliki oleh perusahaan
Yahudi-Mc.Moran, serta komisarisnya
mantan Menlu Amerika Henry
Kissinger.
Nampaknya, pemberitaan soal sikap
Amerika Serikat tidak merestui
Prabowo sebagai capres membuktikan
campur tangan pihak Amerika Serikat,
sangat kuat terhadap hasil Pilpres
2014.
Sikap Prabowo yang keras dan terus
menggelorakan nasionalisme itu,
menjadi alasan Amerika Serikat tidak
merestui Prabowo sebagai capres. Ini
jelas bertentangan dengan
kepentingan Amerika Serikat di
Indonesia.
Mungkin Amerika Serikat takut kepada
Prabowo yang karakternya tidak
berkompromi itu, dan Prabowo akan
berubah seperti Hugo Chavez, yang
menggelorakan anti Amerika Serikat
di Amerika Latin, dan kemudian
melakukan nasionalisasi terhadap
seluruh perusahaan minyak di negara
itu.
Sebelumnya, harian New York
Timesmemberitakan soal penolakan
Amerika Serikat (AS) terhadap
Prabowo Subianto apabila menjadi
presiden. Amerika Serikat sangat
keberatan apabila Prabowo nantinya
menjadi orang nomor satu di
Indonesia.
Amerika Serikat, nampaknya akan
memilih Jokowi, yang dianggap lebih
lunak, dan dapat diatur, seperti
tergambar dari pemberitaan di media
Amerika terhadap Jokowi.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri
Inggris, William Hague, melakukan
kunjungan ke Balai Kota DKI, dan
bertemu dengan Jokowi, dan
menyatakan dukungannya kepada
capres PDIP itu.
Sungguh sangat naif, bila Amerika
Serikat menolak Prabowo dan
mendukung Jokowi. Ini akan menjadi
preseden sejarah, PDIP dan Jokowi
yang mengaku membela rakyat dan
'wong cilik' ternyata dibelakangnya
kepentingan Barat, yang memang
ingin menjajah Indonesia. (afgh/dbs/

voa-islam.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.